Alamat

Jl. Raya Panglegur KM.4 Pamekasan

Telp./WA

+62 324 322551

Email

lp2m@iainmadura.ac.id

Diplomasi Akademik UIN Madura di Eropa: Guru Besar Fakultas Syariah Bicara Problematika Buruh Migran.

  • Diposting Oleh Admin Web LP2M
  • Rabu, 15 Oktober 2025
  • Dilihat 33 Kali
Bagikan ke

Belanda, 1 Oktober 2025- Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Madura, Prof. Dr. Erie Hariyanto, M.A., tampil sebagai salah satu pembicara dalam ajang bergengsi. The 4th PCINU Belanda’s Biennial International Conference yang digelar di University of Groningen, Belanda, pada 1–2 Oktober 2025.

Dalam konferensi ini menganggkat tema tema “Harmony in Turbulence: The Intersection of Faith, Climate Justice, and Global Peace”, Erie mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Social Delegitimation of Religious Obligation: Zakat, Infaq, and Shodaqoh Traditions among Transnational Madurese Migrant Workers of Indonesia-Malaysia.”

Pada presentasi tersebut mengangkat fenomena sosial dan keagamaan yang dialami oleh pekerja migran asal Madura di Malaysia, khususnya terkait praktik zakat, infaq, dan shodaqoh yang mengalami pergeseran makna dan legitimasi dalam konteks transnasional. Erie menyoroti bagaimana tekanan ekonomi, perubahan lingkungan sosial, dan dinamika identitas turut memengaruhi cara para buruh migran memahami dan menjalankan kewajiban keagamaannya.

Partisipasi Erie Hariyanto dalam konferensi internasional ini menjadi bagian dari upaya UIN Madura memperkuat diplomasi akademik di kancah global, sekaligus menunjukkan komitmen kampus dalam mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan realitas umat Islam di berbagai belahan dunia.

Konferensi ini dihadiri oleh akademisi, peneliti, dan tokoh agama dari berbagai negara, yang bersama-sama membahas tantangan global terkait keimanan, keadilan iklim, dan perdamaian dunia.

Dalam paparannya, Erie menyoroti beban ganda yang dialami pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia, baik secara sosial, ekonomi, hukum, maupun spiritual. Ia menyebut, banyak pekerja migran asal Madura menghadapi dilema dalam menjalankan kewajiban keagamaan seperti zakat dan sedekah di tengah tekanan ekonomi dan status hukum yang tidak stabil.

“Pekerja migran sering terjebak dalam situasi ambivalen: di satu sisi ingin menjalankan perintah agama, di sisi lain terkendala status legalitas, ekonomi, dan kultur lintas negara,” jelas Erie.

Selain mempresentasikan riset, Erie juga mewakili UIN Madura dalam penjajakan kerja sama akademik dengan Universitas Groningen.

Pertemuan yang digelar di Engelse Zaal, Gedung Akademi, Broerstraat 5, Groningen, pada Kamis (2/10/2025) itu dihadiri oleh Mr. John Falvey, International Policy Advisor Universitas Groningen untuk kawasan Oseania, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

Keduanya membahas peluang kerja sama dalam bidang Tridharma Perguruan Tinggi, termasuk pertukaran mahasiswa, riset kolaboratif, dan publikasi bersama.

“Kegiatan ini menjadi langkah awal menuju penandatanganan MoU dan MoA antara UIN Madura dan Universitas Groningen,” ungkap Erie.

Agenda tersebut bertujuan, tambah Erie, memperluas jejaring kemitraan global dan mendorong pertukaran pengetahuan lintas negara.

Rangkaian konferensi ditutup pada Jumat (3/10/2025) di House Indonesia, Amsterdam, dalam sesi bertema “Beyond the Spirit of Bandung: Secular West – Religious East?”

Forum ini dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, serta diaspora Indonesia di Eropa.

Usai kegiatan di Belanda, Erie bersama tim World Moslem Studies Center (WOMESTER) melanjutkan lawatan akademik ke Jerman, Swiss, Prancis, dan Italia.

Kunjungan ini difokuskan pada pengamatan terhadap kesadaran pelestarian lingkungan, model pariwisata berkelanjutan, dan tata kelola kota hijau di Eropa.

Dalam keterangannya, Erie menilai sejumlah aspek di Eropa bisa menjadi model inspiratif bagi Indonesia, seperti budaya berjalan kaki dan bersepeda, ketertiban warga dalam penggunaan transportasi umum, sistem pajak progresif untuk pemerataan ekonomi, hingga kebijakan pembatasan kendaraan bermotor demi kualitas udara.

“Negara-negara Eropa menunjukkan bahwa disiplin publik dan kesadaran lingkungan tidak hanya dibangun lewat aturan, tapi juga lewat pendidikan dan keteladanan,” ujarnya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya UIN Madura memperkuat internasionalisasi riset dan jejaring akademik global.

“Riset dan kolaborasi internasional bukan hanya soal publikasi, tetapi cara kita menyumbang solusi bagi masalah global, dari migrasi hingga keadilan sosial,” tutup Erie.

 

 

Sumber: Maduranet.com